Kamis, Agustus 23, 2007

Dukun Bayi vs Bidan


Meski banyak bidan di sebar di seluruh kota Pasuruan, ternyata keberadaan dukun bayi masih dibutuhkan sebagian masyarakat. Berdasarkan pantauan di lapangan ada puluhan dukun bayi yang masih aktif, dan beberapa dukun bayi lainnya sudah beralih sebagai perawat ibu dan bayi pasca melahirkan.

Berdasarkan data dinas kesehatan Kota Pasuruan jumlah dukun bayi dari tahun ketahun cenderung berkurang. Terbukti pada tahun 2005 jumlah dukun bayi aktif sebanyak 34 orang, tahun 2006 dukun bayi berjumlah 16 orang dan tahun ini menurun drastis menjadi 4 orang saja.

Kepala seksi Kesehatan Ibu dan ANak (KAI) dinas kesehatan kota Pasuruan, Sutini mengatakan berkurangnya jumlah dukun bayi disebabkan beberapa hal diantaranya para dukun bayi yang sudah lanjut usia itu sudah tidak bisa beraktivitas atau meninggal dunia. Namun Sutini tidak memungkiri, jumlah dukun bayi bisa saja naik.
"Bisa saja sewaktu-waktu karena alasan menaikkan tingkat ekonomi, dukun bayi yang sebelumnya tidak praktik, tiba-tiba membuka praktek lagi. Kalau demikian adanya, kita tidak bisa memaksa mereka berhenti menjadi dukun bayi. Yang kita lakukan adalah memberi himbauan kalau praktek dukun bayi sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup ibu dan bayi," Jelas Sutini.

Sementara itu salah satu dukun bayi di Kelurahan Mandaranrejo, Mutniah 45 tahun mengaku hampir seluruh ibu hamil di wilayahnya meminta jasanya untuk membantu proses melahirkan. Bahkan, seirng juga dapat panggilan dari kampung lain.
"Hampir tiap minggu ada yang minta tolong. Bahkan malampun saya layani," jelas Mutniah dengan logat bahasa Indonesia yang kemadura-maduraan.

Kata Mutniah, sejak menjadi dukun bayi pada tahun 1984 lalu hingga saat ini, sekitar 300 bayi lahir melalui jasanya.
"Dari 300-an bayi yang lahir semuanya selamat. Tidak ada yang meninggal," jelas Mutniah menanggapi kekhawatiran para dokter terkait bahayanya proses melahirkan melalui dukun.

Suminah, warga Mandaran yang baru satu minggu melahirkan lewat jasa dukun bayi mengaku biaya dukun bayi lebih murah dari pada bidan.
"Kalau dukun bayi tidak ada tarif khusus. Paling ngasih 100 ribu diterima,sedangkan bidan tarifnya mencapai 500 ribu. Selain itu saya percaya sama Bu Mutniah, karena terbukti selama ini tidak pernah ada masalah dengan proses kelahiran warga, " terang Suminah sambil menyusui bayinya.

2 komentar:

Alma mengatakan...

wah kalo soal tulisan, saya nggak bisa komentar banyak apakah memenuhi syarat untuk penulisa berita atau tidak. tapi yang jelas, kontennya sih bagus. saya pnya link ke teman yang wartawan dan penulis di blog saya.ada Senja dan Budi Maryono. btw, great work!! tetep menulis....

muthe

angin-berbisik mengatakan...

salam kenal nan hangat....keep writing aja...yg penting udah punya kemauan utk menulis